Makalah Entrepreneur Kaum Millenials
Rumusan Keuntungan Dan Kerugian Dalam Berwirausaha
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Perkembangan zaman dan sempitnya lapangan pekerjaan
mendorong manusia untuk kreatif serta inovatif untuk mempertahankan
kelangsungan hidupnya. Untuk menyikapi hal tersebut maka banyak orang yang
melakukan usaha lain untuk mempertahankan kehidupanya, mereka tidak lagi
terpaku terhadap perusahaan-perusahaan penyedia lapangan pekerjaan , lembaga,
intansi serta pemerintah. Hal tersebut terbukti dengan dengan banyaknya orang
yang beralih dan terjun ke dunia wirausaha, walaupun dengan modal nekad mereka
memberanikan diri untuk menggeluti pekerjaannya tersebut dengan harapan mereka
dapat meningkatkan kesejahteraanya akan tetapi tidak sedikit pula mereka yang
mengalami kegagalan bahkan bangkrut.
Untuk itu sebelum kita terjun ke dunia kewirausahaan
adakalanya kita memahami kelebihan dan kekurangan wirausaha, agar tingkat
pelaku wirausaha dapat mengetahui perbandingan wirausaha dengan pekerjaan lain
serta dapat mengetahui kiat sukses serta manajemen berwirausaha. Oleh karena
itu dalam makalah ini penulis akan membahas bagaimana kelebihan dan kekurangan
wirausaha.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah pada Makalah ini, maka penulis
menjabarkan rumusan masalah yang terdapat dalam Keuntungan dan Kerugian
Dalam Berwirausaha.
C.
Tujuan Penulisan
Tujuan penyusunan makalah Keuntungan dan Kerugian Dalam Berwirausaha
ini adalah kita dapat mengetahui lebih lanjut mengenai keuntungan dan kerugian
dalam berwirausaha ini, sehingga dapat menjadi pembelajaran bagi kita semua.
BAB II
PEMBAHASAN
Entrepreneur adalah suatu kemampuan
untuk mengelola sesuatu yang ada pada diri kita untuk dimanfaatkan
dan ditingkatkan agar lebih optimal, sehingga dapat meningkatkan taraf
hidup kita.
Di Indonesia sendiri jumlah wirausahawan atau
entrepreneur hanya sekitar 0,18 % atau sekitar 400.000 jiwa. Sedangkan di
beberapa negara tetangga kita sudah mencapai angka 20%. Sungguh ini
merupakan hal yang sangat memprihatinkan. Kita sebagai orang Indonesia tentu
tidak bisa diam saja dengan kenyataan ini. Saat ini banyak pengangguran yang
beralasan "lapangan pekerjaan sangat sulit". Padahal lapangan
pekerjaan sebagai wirausahawan adalah lapangan pekerjaan yang paling luas. Mungkin
mereka takut bahwa menjadi wirausahawan mempunyai resiko yang sangat besar.
Factor yang mempengaruhi meningkat atau tidaknya
keuntungan dan kelebihan entrepreneur salah satunya yaitu karakter.
Untuk bisa meraih kesuksesan seorang entrepreneur
wajib memiliki karakter-karakter perilaku tertentu. Sebab, seorang entrepreneur
merupakan manusia pilihan yang tampil berbeda jika dibandingkan dengan manusia
kebanyakaan. Mereka tentunya memiliki keunggulan Geoffrey G. Meredith, seorang
ekonomi dunia mengemukaan karakteristik yang harus dipunyai oleh seorang
entrepreneur yang sukses,yaitu :
1.
Percaya
Diri
2.
Berorientasi
3.
Pengambil
Resiko
4.
Kepemimpinan
5.
Keorisinilan
6.
Berorientasi
Pada Masa
7.
Mau
Menerima Kritik
Sementara itu,
ahli ekonomi lainya, M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer mengemukakan delapan
karekteristik yang harus dimiliki oleh seorang entrepreneur yaitu :
1.
Memiliki
rasa tanggung jawab atas usaha-usaha yang dilakukannya.
2.
Lebih
memilih resiko yang moderat
3.
Percaya
akan kemampuan dirinya untuk berhasil
4.
Selalu
menghendaki umpan balik yang segera
5.
Berorientasi
kemassa depan, prespektif, dan berwawasan jauh kedepan
6.
Memiliki
semangat kerja dan kerja kerasuntuk mewujudkan keinginannya Demi masa depan
yang lebih baik.
7.
Memiliki
keterampilan yang mengorganisasikan sumber daya untuk menciptakan nilai tambah
8.
Selalu
menilai prestasi dengan uang.
Selanjutnya sikap
negatif juga mempengaruhi dalam entrepreneur, banyak factor pisikologis yang
membentuk sikap negatif masyarakat sehingga kurang berminat terhadap profesi
entrepreneur, antara lain sifat agresif, ekspansif, bersaing, egois, tidak
jujur, sumber penghasilan tidak stabil, kurang terhormat, pejerjaan rendah, dan
sebagainya.pandangan semacam ini dianut oleh sebagian besar penduduk, sehingga
mereka tidak tertarik . Landasan filosofis inilah yang membuat sebagian
masyarakat Indonesia tidak termotivasi terjun kedunia bisnis. Kita jauh
tertinggal dari Negara-negara tetangga, yang seakan-akan memiiki spesialisasi
dealm profesi bisnis.
Berikut adalah
beberapa keuntungan yang dapat diraih jika memiliki bisnis sendiri, yaitu:
1.
Menciptakan
Tujuan Hidup sendiri.
Memiliki bisnis
sendiri berarti menciptakan kebebasan bagi entrepreneur, dan juga kesempatan
untuk menggapai apa yang menurut mereka penting dalam hidup ini. Kate Spade,
seorang editor di Mademoiselle pada 1993 memutuskan untuk keluar dari
pekerjaannya. Bersama suaminya ia membangun bisnis aksesoris. “Kami ingin
mengejar tujuan hidup kami sendiri,” ujar Kate tentang keputusannya. Saat ini
bisnis Kate berkembang pesat. Outletnya telah tersebar dari New York hingga
Tokyo. Omzet penjualan Kate Spade Inc telah mencapai US $ 30 Juta.
2.
Menciptakan
Perbedaan
Kecenderungan
belakangan ini seprang entrepreneur memulai bisnis mereka karena ingin membuat
perubahan. Mereka ingin menciptakan sesuatu yang berbeda. Sebut saja mereka
ingin membangun usaha di bidang properti, yang akan membangun perumahan murah
untuk keluarga miskin di negera berkembang, atau menggagas program daur ulang
untuk menyelamatkan sumber daya bumi yang kian menipis. Seorang entrepreneur
dengan caranya sendiri menemukan jalan untuk mengkombinasikan antara kepedulian
mereka terhadap isu-isu sosial, dan keinginan mereka untuk menikmati hidup yang
lebih baik.
Salah satu
contohnya adalah Steve Row. Ketika tinggal di daerah pinggiran South Carolina,
USA, ia selalu memperhatikan pembangunan perumahan di sekitar tempat
tinggalnya. Bukanlah tetangga baru yang memusingkan Steve, melainkan banyaknya
limbah kayu yang tidak termanfaatkan.
Setelah
mendapat ijin para kontraktor, Steve mengambil sendiri limbah kayu yang ia
inginkan. Steve mulai membuat berbagai furnitur dari kayu limbah tersebut.
Dewasa ini perusahaannya, Sun Garden Furniture, membuat dan menjual berbagai
furnitur dengan model unik, seperti meja, lemari hingga pagar kayu. Semuanya
dibuat dari limbah kayu yang didapat dari berbagai lokasi pembangunan di AS.
3.
Mencapai
Potensi Puncak
Banyak orang
yang mengerjakan tugas yang dibebankan perusahaan kepadanya dengan perasaan
terpaksa. Mereka merasa pekerjaannya membosankan, tidak menantang dan tidak
menarik. Hal seperti itu tidak pernah menimpa seorang entrepreneur. Di mata
entrepreneur hanya sedikit perbedaan antara bekerja dan bermain, bahkan ada
yang menyamakan arti dari dua kata yang berbeda tersebut.
Lahan pekerjaan
yang ditekuni oleh entrepreneur tidak lain adalah sarana mereka untuk
mengekspresikan dan mengaktualisasikan diri. Mereka sangat sadar keberhasilan
mereka sangat ditentukan oleh kecakapan mereka dalam berkreasi rasa antuasias
yang tinggi serta visinya.
4.
Keuntungan
Tanpa Batas.
Uang bukanlah
dorongan utama seorang entrepreneur menjalankan bisnisnya. Uang dapat menjadi
faktor yang memotivasi seseorang untuk memulai membangun bisnisnya. Kebanyakan
entrepreneur memang tidak pernah menjadi super kaya, namun kebanyak dari mereka
telah pantas menyandang gelar “cukup kaya”. Bahkan 75% dari 400 orang Amerika
terkaya versi Majalah Forbes, adalah mereka yang kita kenal sebagai
entrepreneur.
Menurut riset
Thomas Stanley dan William Danko, para pemilik self-employed business termasuk
2/3 dari milyuner AS. Seorang entrepreneur memiliki kesempatan empat kali lebih
besar untuk menjadi milyuner, daripada seseorang yang bekerja untuk orang lain.
5.
Kontribusi
kepada Masyarakat.
Tidak dapat
dipungkiri seorang entrepreneur yang telah memiliki usaha sendiri termasuk
kelompok yang paling dihargai dan paling dipercaya oleh masyarakat. Bisnis yang
mereka jalankan didasarkan atas rasa percaya dan saling menghargai. Para
entrepreneur ini menikmati kepercayaan dan penghargaan yang ditunjukkan oleh
para pelanggan mereka, sebagai buah dari pelayanan tulus yang mereka berikan
selama bertahun-tahun.
Entrepreneur
ini kemudian juga memegang peran penting dalam sistem perekonomian. Mereka juga
sadar kiprah mereka sebagai entrepreneur, telah memberikan kontribuasi terhadap
perekonomian nasional, adalah penghargaan lainnya yang didapatkan oleh seorang
entrepreneur sukses.
6.
Mengerjakan
yang Anda Sukai.
Salah satu
kesepakatan di antara sesama entrepreneur adalah mereka tidak menganggap
pekerjaan yang mereka geluti sebagai sebuah pekerjaan. Kebanyakan entrepreneur
yang sukses adalah mereka yang berhasil memilih bidang bisnis karena mereka
memiliki ketertarikan dalam bisnis tersebut. Mereka menikmati bidang pekerjaan
tersebut. Selama bekerja mereka melakukan avocation (hobi) sekaligus
mengerjakan vocation (work).
Para
entrepreneur ini menjadikan apa yang disarankan oleh Harvey McKay menjadi
kenyataan: “Temukanlah pekerjaan yang Anda cintai, maka Anda tidak perlu
bekerja seharipun dalam hidup Anda”. Dan ini tidak berlebihan karena di mata
entrepreneur pekerjaan adalah pekerjaan adalah kegemaran (avocation) ketimbang
pekerjaan (work).
Kerugian:
1.
Anda
mungkin mengambil resiko besar dari aspek keuangan.
2.
Anda
harus bekerja keras, mungkin sepanjang hari dan memiliki waktu terbatas untuk
berlibur.
3.
Anda
mungkin menghabiskan banyak waktu dengan memantau setiap kegiatan dalam
menjalankan usaha dan sedikit waktu yang bisa anda nikmati.
4.
Mungkin
pendapatan anda tidak tetap dan mungkin tidak mempunyai uang dalam waktu-waktu
tertentu.
5.
Anda
akan menghadapi keputusan yang tidak mengenakkan seperti harus memecat orang
atau menolak merekrut teman atau saudara anda.
6.
Anda
harus belajar banyak disiplin ilmu baru seperti dokumentasi, pembukuan,
inventarisasi, perencanaan produksi, periklanan, dan promosi, penelitian pasar,
dan manajemen umum.
Beberapa
kelemahan Wirausaha Indonesia
Heidjrachman Ranu Pandojo menulis bahwa
sifat-sifat kelemahan orang kita bersumber pada kehidupan penuh raga, dan
kehidupan tanpa pedoman, tanpa orientasi yang tegas.
Lebih rinci kelemahan tersebut adalah sebagai
berikut:
1.
Sifat
mentalitet yang meremehkan mutu
2.
Sifat
mentalitet yang suka menerabas
3.
Sifat
tak percaya kepada diri sendiri
4.
Sifat
tak berdisiplin murni
5.
Sifat
mentalitet yang suka mengabaikan tanggung jawab yang kokoh.
Sifat mentalitet seperti yang diungkapkan di
atas sudah banyak kita saksikan dalam praktik pembangunan di negara ini. SD
Inpres yang roboh sebelum waktunya, jalan dan jembatan yang kembali rusak hanya
dalam beberapa waktu sesudah diperbaiki, barang-barang yang kurang berfungsi
dan sebagainya adalah cermin sifat meremehkan mutu. Sikap ikut-ikutan dalam
berinvestasi sehingga dalam waktu yang relatif singkat suatu obyek akan sudah
jenuh sehingga semuanya akan menderita rugi, hal ini merupakan petunjuk betapa
para kaum usahawan kurang mampu menemukan dirinya sendiri dan lebih suka
mengekor pendapat orang lain.
Disiplin yang murni juga sukar ditegakkan, kita
ambil saja contoh pada waktu ada kontrol semuanya berusaha baik, berusaha
disiplin, tetapi sesudah tidak dikontrol semuanya berjalan berantakan lagi,
tidak ada disiplin lagi, tidak ada ketertiban lagi. Akhirnya, banyak hal-hal
yang berjalan secara tersendat-sendat hanya karena tidak ada kesinambungan
dalam penggarapannya yang disebabkan para pelaksana memiliki pekerjaan yang
berangkap-rangkap, ini adalah cermin sikap tidak bertanggung jawab yang masih
banyak menghinggapi bangsa kita.
Kelemahan bangsa kita banyak dibicarakan oleh
para pakar, yang terletak pada super strukturnya. Di dalam ekonomi pembangunan,
ada 3 elemen penting yang menunjang pembangunan yaitu infra struktur, struktur
ekonomi, superstructure.
Ø Infra struktur
adalah prasarana yang tersedia, jalan, jembatan, pelabuhan, irigasi, alat
transportasi, telepon dan sebagainya.
Ø Struktur
ekonomi adalah tersedianya faktor produksi dalam masyarakat, serta tenaga
manajemen yang berpandangan luas. Kemampuan mengadaptasi teknologi dan juga
tersedia pasar produksi.
Ø Superstruktur
atau struktur atas adalah faktor mental masyarakat. Semangat kerja ulet, tak
kenal putus asa, tekun, jujur, bertanggung jawab, dapat dipercaya.
Bangsa Jepang
dan Jerman berhasil dalam membangun negaranya setelah Perang Dunia II, adalah
karena merek unggul dalam superstructure ini. Bandingkan dengan negara kita
dengan segala kelemahannya, kurang bertanggung jawab, ingin cepat kaya,
mencuri, memalsukan dokumen-dokumen, cuci tangan, cepat puas, ingin santai.
Demikian pula bangsa kita apabila sudah memperoleh uang/gaji lumayan, mereka
cenderung memperbanyak waktu santai.
Masyarakat kita
begitu cepat ingin menikmati waktu santai, walaupun penghasilannya belum begitu
tinggi. Lihatlah pada hari mulai libur Jumat sore, Sabtu, minggu jalan-jalan ke
daerah tujuan wisata macet total. Kebiasaan lain yang kurang baik yaitu,
memanfaatkan hari-hari 'terjepit' untuk bolos, minta ijin tidak masuk kantor.
Perilaku ini semua akan menurunkan prestasi kerja. Sebaiknya waktu istirahat
atau leisure dapat dimanfaatkan untuk pendidikan mental dan keterampilan
peningkatan kebudayaan bangsa, meningkatkan kesejahteraan, dan lain-lain.
Menurut Zimmerer ada beberapa faktor yang menyebabkan wirausaha
gagal dalam menjalankan usaha barunya:
1)
Tidak kompeten dalam manajerial.
Tidak
kompeten atau tidak memiliki kemampuan dan pengetahuan mengelola usaha
merupakan faktor penyebab utama yang membuat perusahaan kurang berhasil.
2)
Kurang berpengalaman.
Kurang
berpengalaman baik dalam kemampuan mengkoordinasikan, keterampilan mengelola
sumber daya manusia, maupun kemampuan mengintegrasikan operasi perusahaan.
3)
Kurang dapat mengendalikan keuangan.
Agar
perusahaan dapat berhasil dengan baik, faktor yang paling utama dalam keuangan
adalah memelihara aliran kas. Mengatur pengeluaran dan penerimaan secara
cermat. Kekeliruan memelihara aliran kas menyebabkan operasional perusahan dan
mengakibatkan perusahaan tidak lancar.
4)
Gagal dalam perencanaan.
Perencanaan
merupakan titik awal dari suatu kegiatan, sekali gagal dalam perencanaan maka
akan mengalami kesulitan dalam pelaksanaan.
5)
Lokasi yang kurang memadai.
Lokasi
usaha yang strategis merupakan faktor yang menentukan keberhasilan usaha.
Lokasi yang tidak strategis dapat mengakibatkan perusahaan sukar beroperasi
karena kurang efisien.
6)
Kurangnya pengawasan peralatan
Pengawasan
erat berhubungan dengan efisiensi dan efektivitas. Kurang pengawasan
mengakibatkan penggunaan alat tidak efisien dan tidak efektif.
7)
Sikap yang kurang sungguh-sungguh
dalam berusaha.
Sikap
yang setengah-setengah terhadap usaha akan mengakibatkan usaha yang dilakukan
menjadi labil dan gagal. Dengan sikap setengah hati, kemungkinan gagal menjadi
besar.
8)
Ketidakmampuan dalam melakukan
peralihan/transisi kewirausahaan.
Wirausaha
yang kurang siap menghadapi dan melakukan perubahan, tidak akan menjadi
wirausaha yang berhasil. Keberhasilan dalam berwirausaha hanya bisa diperoleh
apabila berani mengadakan perubahan dan mampu membuat peralihan setiap waktu.
Peggy Lambing dan Charles L Khuel mengemukakan keuntungan dan kerugian berwirausah sebagai berikut:
Keuntungan berwirausaha :
1.
Otonomi.
Pengelolaan
yang bebas dan tidak terikat membuat wirausaha menjadi seorang bos yang penuh
kepuasan.
2.
Tantangan awal dan perasaan motif
berprestasi.
Tantangan awal
atau perasaan bermotivasi yang tinggi merupakan hal yang menggembirakan.
Peluang untuk menggembangkan konsep usaha yang dapat menghasilkan keuntungan
sangat memotivasi wirausaha.
3.
Control financial.
Wirausaha
memiliki kebebasan untuk mengelola keuangan dan merasa kekayaan milik sendiri.
Kerugiaan berwirausaha :
1.
Pengorbanan personal.
Pada awalnya,
wirausaha harus bekerja dengan waktu yang lama dan sibuk. Sedikit sekali waktu
yang tersedia untuk kepentingan keluarga.
2.
Beban tanggung jawab.
Wirausaha harus
mengelola semua fungsi bisnis, baik pemasaran, keungan, personal, maupun
pengadaan dan pelatihan.
3.
Kecilnya keuntungan dan besarnya
kemungkinan gagal.
Karena
wirausaha menggunakan sumber dana miliknya sendiri, maka margin laba/keuntungan
yang diperoleh akan relative kecil.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kewirausahaan
bukanlah suatu hal yang mudah dilakukan sehingga banyak yang perlu dipelajari
dan diperhatikan untuk menjadi seorang wirausahawan. Dewasa ini kewirausahaan
sudah mulai berkembang diiringi oleh majunya teknologi, pengetahuan, dan faktor
pendorong lainnya.
Meskipun
keuntungan dalam berwirasuaha menggiurkan, tapi ada juga biaya yang berhubungan
dengan kepemilikan bisnis tersebut. Memulai dan mengoperasikan bisnis sendiri
membutuhkan kerja keras, menyita banyak waktu dan membutuhkan kekuatan emosi.
Kemungkinan gagal dalam bisnis adalah ancaman yang selalu ada bagi wirausaha,
tidak ada jaminan kesuksesan. Wirausaha harus menerima berbagai resiko
berhubungan dengan kegagalan bisnis. Tantangan berupa kerja keras, tekanan
emosional, dan risiko meminta tingkat komitmen dan pengorbanan jika kita
mengharapkan mendapatkan keuntungan.
Semoga
dengan berjalannya waktu wirausahawan di Indonesia ini bisa bertambah dan
membuat Indonesia sejahtera dan makmur.
B. SARAN
Minimnya
pengetahuan tentang kewirausahaan di Indonesia membuat Indonesia menjadi Negara
yang kaya akan pengangguran, untuk itu pemerintah harus memberikan pemahaman
tentang kewirausahaan kepada setiap masyarakat agar mereka mampu membuat
lapangan pekerjaan. Selain itu, pemerintah juga harus menyediakan modal usaha
bagi mereka yang ingin memulai berwirausaha agar mereka tidak kesulitan untuk
memulai atau mengembangkan usahanya.
DAFTAR
PUSTAKA
www.ciputraentrepreneurship.com
http://www.ukafahrurosid.com/2011/04/keuntungan-dan-kerugian-usaha.html
http://adesyams.blogspot.com/2009/06/hakikat-dan-konsep-dasar
kewirausahaan.html
http://seisheya.wordpress.com/2011/12/24/
konsep-dasar-kewirausahaan/
http://dothack17.blogspot.com/2010/12/keuntungan-dan-kerugian-berwirausaha.html,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar